Questions and Answer Keys for Class 9 Social Sciences Curriculum 2013 Revision 2018 Description of Diplomatic Efforts Taken to Maintain Independence Page 229 Chapter 4 (Indonesia from the Independence Period to the Reformation Period) ~ Assalamualikum Semuanya, Kembali lagi Bersama laguasyik.com. Pada Kali ini saya akan memberi tahu kalian semua tentang Soal dan Kunci Jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018 Uraian Mengenai Upaya Diplomasi yang Dilakukan untuk Mempertahankan Kemerdekaan Halaman 229 Bab 4 (Indonesia dari Masa Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi) Kepada Para Siswa/Siswi Yang melihat Artikel Ini. Yuk, Kita Langsung saja ke Soal dan Jawabannya. ~
Aktivitas Individu
1. Cermati kembali uraian mengenai upaya diplomasi yang dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan
2. Jelaskan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan upaya tersebut pada kolom berikut!
No. | Peristiwa | Penjelasan |
1. | Perundingan Linggajati | Perundingan Linggarjati adalah Perundingan yang terjadi antara pihak Indonesia dan Belanda yang ditengahi oleh Inggris. Hasil perundingan yang terjadi di awal-awal masa kemerdekaan tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan yang kemudian dinamakan “Perjanjian Linggarjati”.
Linggarjati atau Linggajati sendiri adalah nama sebuah desa yang secara geografis berada antara Cirebon dan Kuningan dan terletak di kaki gunung Ciremai. Pemilihan Linggarjati sebagai tempat perundingan dikarenakan tempat ini netral bagi kedua belah pihak. Untuk diketahui, pada saat itu Belanda dan sekutu menguasai Jakarta, sedangkan Indonesia sendiri menguasai Yogyakarta. Tempat jalannya perundingan masih ada hingga saat ini dan dijadikan museum yang dinamai “Museum Linggarjati”. Kapan Perundingan Linggarjati dilaksanakan?
A. Latar Belakang Perjanjian Linggarjati Selepas Indonesia memproklamirkan diri sebagai negara Merdeka pada 17 Agustus 1945 dan terlepas dari jajahan Jepang. Belanda yang sebelumnya telah menjajajah Indonesia selama 350 tahun ingin kembali menjajah Indonesia. Awalnya, 29 September 1945 pasukan sekutu dan AFNEI datang ke Indonesia (salah satunya) untuk melucuti tentara Jepang setelah kekalahan negara tersebut di perang dunia ke II. Namun kedatangan mereka ternyata diboncengi oleh NICA (Netherlands-Indies Civil Administration). Hal tersebut menimbulkan kecurigaan pemerintah dan rakyat Indonesia, mereka menilai Belanda ingin kembali mencoba berkuasa di Indonesia. hingga akhirnya pertempuran- pertempuran pun terjadi, seperti di pertempuran 10 November di Surabaya, Pertempuran di Ambarawa, Medan area, Pertempuran Merah putih di Manado dll. Karena sering terjadinya pertempuran-pertempuran yang merugikan kedua belah pihak dan beberapa alasan lainnya. Maka pihak kerajaan Belanda dan Indonesia pun sepakat untuk melakukan kontak diplomasi pertama dalam sejarah kedua negara. Latar belakang terjadinya perjanjian Linggarjati adalah karena banyaknya konflik dan insiden pertempuran antara pejuang Indonesia dan pasukan Sekutu-Belanda. Sehingga kedua belah pihak menginginkan berakhirnya konflik dan selesainya persengketaan wilayah kekuasaan serta kedaulatan Republik Indonesia. B. Jalannya Perundingan Linggarjati Sebelum perundingan Linggarjati, terdapat perundingan- perundingan sebelumnya yang mengalami kegagalan seperti dalam pertemuan di Hooge Veluwe dan perundingan 7 Oktober. Untuk melanjutkan serangkaian perundingan tersebut. maka dipilihlah salah satu rumah milik warga Belanda di Linggarjati sebagai tempat dilangsungkannya pertemuan. Pertemuan ini dihadiri oleh beberapa juru runding dari Indonesia, Belanda dan Inggris pada tanggal 10 November 1946. C. Tokoh- Tokoh Perjanjian Linggarjati Delegasi dari kedua belah pihak yang mewakili Indonesia, Belanda dan Inggris sebagai penengah diantaranya.
Terdapat juga beberapa saksi atau tamu yang hadir dalam pertemuan tersebut seperti, Amir Syarifudin, dr. Leimena, dr. Sudarsono, Ali Budiharjo, Presiden Sukarno dan Hatta. Perjanjian Linggarjati kemudian ditandatangani dalam suatu upacara kenegaraan di Istana Negara Jakarata pada tanggal 25 Maret 1947. D. Isi Perjanjian Linggarjati Perundingan linggarjati menghasilkan keputusan yang kemudian disebut perjanjian linggarjati yang memiliki 17 Pasal, dari 17 pasal tersebut terdapat 3 pasal pokok, diantaranya adalah:
E. Dampak Perjanjian Linggarjati Perjanjian linggarjati memberikan dampak positif dan negatif bagi Indonesia. berikut diantara dampak atau efek dari perjanjian tersebut. Dampak Positif Perjanjian Linggarjati
Dampak Negatif Perjanjian Linggarjati
F. Pelanggaran Perjanjian Linggarjati Dalam pelaksanaannya, perjanjian ini tidak berjalan baik. Pada tanggal 20 Juli 1947 diketahui Gubernur Jendral H. J. Van Mook memutuskan perjanjian secara sepihak. H. J Van Mook mendeklarasikan bahwa Belanda tidak terkait dengan perjajian tersebut. Hal ini berlaku sejak tanggal 21 Juni 1947, sebelum satu tahun perjanjian linggarjat genap dibuat. Terjadilah adanya Agresi Militer Belanda 1. Hal ini terjadi akibat adanya perbedaan penafsiran yang terjadi antara pihak Indonesia dan Belanda. |
2. | Perundingan Renville | Perjanjian Renville adalah perjanjian yang dilakukan oleh Belanda dan Indonesia yang hasilnya ditandatangani di tanggal 17 Januari 1948 di geladak USS Renville, kapal perang Amerika yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.
Perundingan renville yang kemudian menghasilkan perjanjian renville dilakukan pada tanggal 8 Desember 1947 dengan ditengahi oleh Belgia, Australia dan Amerika Serikat yang disebut juga dengan nama Komisi Tiga Negara atau KTN. KTN sendiri adalah sebuah badan arbitase yang berdiri atas persetujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertugas untuk mengawasi gencatan senjata dan menyelesaikan sengketa yang terjadi antara Belanda dan Indonesia. A. Latar Belakang Perjanjian Renville Perundingan renville dilatarbelakangi oleh situasi yang memanas selepas Belanda melanggar kesepakatan dalam perjanjian Linggarjati hingga kemudian melakukan agresi militer pertamanya ke Indonesia. Agresi militer Belanda ke Indonesia mendapat tentangan dari dunia luar, termasuk Amerika Serikat dan Inggris yang notabene adalah sekutu Belanda. Kemudian Australia dan India mengusulkan keadaan yang terjadi di Indonesia dibahas dalam rapat dewan keamanan PBB. Pada tanggal 1 Agustus 1947 dewan keamanan PBB mendesak pihak Belanda dan Indonesia melakukan gencatan senjata yang beberapa hari kemudian, tepatnya 4 Agustus 1947, kedua belah pihak mengumumkan untuk gencatan senjata yang juga menandai berakhirnya Agresi militer Belanda ke 1. Pada tanggal 18 September 1947. DK PBB atau dewan keamanan PBB membentuk sebuah komisi yang kemudian dikenal dengan sebutan KTN atau Komisi Tiga Negara. yang anggotanya terdiri dari Australia (Richard Kirby), Belgia (Paul van Zeeland) dan Amerika Serikat (Frank Graham). Tugas KTN di Indonesia adalah membantu penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda. Dalam usahanya untuk mendamaikan antara kedua pihak tersebut maka KTN mengusulkan agar pihak yang bersengketa untuk melakukan perundingan. Hingga kemudian terjadilah perundingan di kapal perang Renville yang melahirkan perjanjian Renville. B. Tokoh dan Isi Perjanjian Renville Tokoh tokoh atau delegasi yang hadir dalam perundingan yang dilakukan di kapal perang Renville tersebut diantaranya:
Dalam perundingan renville delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin, Sedangkan Belanda dipimpin R. Abdulkadir Wijoyoatmojo seorang Indonesia yang berpihak pada belanda. C. Isi Perjanjian Renville Terdapat beberapa poin kesepakatan yang menjadi hasil dari perundingan Renville, diantaranya :
Kurang lebih 3 poin tersebutlah yang menjadi inti penting dari hasil perjanjian Renville. Dalam perjanjian tersebut wilayah kekuasaan Republik Indonesia di pulau jawa hanya meliputi wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah. Perjanjian ini dinilai sangat merugikan Indonesia karena wilayah Republik Indonesia yang semakin sempit. Keadaan semakin bertambah parah ketika Belanda melakukan Blokade ekonomi pada wilayah-wilayah kekuasaan RI. Hasil perundingan renville memperlihatkan kekalahan dalam perjuangan diplomasi. Selain itu TNI juga harus meninggalkan wilayah-wilayah pertahanan yang susah payah dibangun di wilayah jatim dan Jabar untuk kemudian hijrah ke Yogyakarta. Hasil ini mendapat tentangan keras dari partai politik seperti PNI atau Partai Nasional Indonesia dan juga Masyumi. Suhu politik pun memanas hingga kemudian kabinet Amir Syarifuddin jatuh dan menyerahkan mandatnya pada presiden seokarno di tanggal 23 Januari 1948. Kabinet amir pun bubar dan berganti dengan kabinet Hatta. D. Pasca Perjanjian Renville Beberapa peristiwa penting yang terjadi selepas perjanjian Renville diantaranya adalah peristiwa hijrahnya Pasukan Siliwangi dari Jawa Barat menujuu wilayah kekuasaan RI di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Selepas perjanjian renville, Seluruh prajurit TNI yang ada di hutan, gunung-gunung dan tempat lainnya diperintahkan untuk hijrah dari wilayah jawa barat menuju Yogyakarta dan Jawa Tengah yang notabene adalah wilayah kekuasaan Republik Indonesia yang diakui dalam perjanjian. Prajurit yang ikut hijrah diperkirakan mencapai 30.000 orang. Diantara para prajurit tersebut ada juga yang membawa serta anak istri atau keluarganya. Dalam perjalanan hijrah menuju Yogyakarta dan Jateng, para prajurit disambut antusias oleh warga yang berderet di pinggiran jalan sambil meneriakan kata “Merdeka .. Merdeka ..” walaupun kemudian diantisipasi oleh para tentara belanda yang ikut mengawal dengan menembakan senjata ke udara.
|
3. | Perundingan Roem–Royen | Untuk mengatasi agresi militer Belanda, PBB mengadakan sidang pada tanggal 22 Desember 1948 dan menghasilkan sebuah resolusi yang isinya mendesak supaya permusuhan antara Indonesia dan Belanda segera dihentikan dan pemimpin Indonesia yang ditahan segera dibebaskan.
KTN ditugaskan untuk mengawasi pelaksana resolusi tersebut. Untuk meluaskan wewenangnya, maka KTN diubah namanya menjadi UNCI (United Nations Commission for Indonesia) yang diketuai oleh Merle Cochran. Atas inisiatif UNCI, Pada tanggal 14 April 1949 diadakan perundingan Republik Indonesia dan Belanda. Perundingan ini diadakan di Hotel Des Indes, Jakarta. Informasi mengenai perundingan Renville dapat kamu amati pada tabel berikut. Perjanjian Roem Royen adalah adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen A. Latar Belakang Perjanjian Roem Royen Perundingan Roem Royen awalnya dilatarbelakangi oleh terjadinya serangan dari Belanda kepada Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan. Belanda melakukan serangan ke Yogyakarta serta serangan Agresi Militer Belanda II. Hal ini ditambah dengan adanya penahanan para pemimpin Indonesia yang mulai mengundang kecaman dari dunia internasional terutama dari Amerika Serikat dan Dewan PBB. Tekanan dari luar negeri yang kemudian membuat perlunya dilakukan perundingan Indonesia dan Belanda. Oleh karena itu kemudian dilakukan perundingan Roem Royen yang menjadi jalan menuju Konferensi Meja Bundar (KMB) yang akan diadakan di Den Haag, Belanda. Tanggal perjanjian Roem Royen diadakan mulai dari 14 April sampai 7 Mei 1948 dan bertempat di Jakarta. B. Jalannya Perundingan Roem Royen Perjanjian Roem Royen dimulai tanggal 14 April 1948. Dalam perjanjian Roem Royen, pihak Indonesia diwakili oleh Mohammad Roem beberapa anggota seperti Ali Sastro Amijoyo, Dr. Leimena, Ir. Juanda, Prof. Supomo, dan Latuharhary. Sedangkan pihak Belanda diwakili oleh Dr. J. Herman van Royen dengan anggotanya seperti Blom, Jacob, dr. Van, dr. Gede, Dr. P. J. Koets, Van Hoogstratendan dan Dr. Gieben. Sementara pihak penengah adalah UNCI (United Nations Comission for Indonesia) yang diketuai oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat. Kemudian perundingan Indonesia diperkuat dengan hadirnya Drs. Moh Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Perundingan baru selesai pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Perjanjian ini mulai ditandatangani dan nama perjanjian ini kemudian diputuskan untuk diambil dari nama kedua pemimpin delegasi, yaitu Mohammad Roem dari pihak Indonesia dan Herman van Royen dari pihak Belanda. C. Hasil Perjanjian Roem Royen Hasil perundingan Roem Royen ini antara lain adalah :
D. Dampak Perjanjian Roem Royen Terdapat banyak dampak yang ditimbulkan dari perjanjian ini pada keadaan di Indonesia. Isi perjanjian Roem Royen termasuk pembebasan tahanan politik sehingga Soekarno dan Hatta kembali ke Yogyakarta setelah diasingkan. Yogyakarta juga menjadi ibukota sementara dari Indonesia. Terjadi juga penyerahan mandat dari Sjafruddin Prawiranegara sebagai presiden PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) kembali kepada Ir. Soekarno. Yang paling mencolok adalah adanya gencatan senjata antara Belanda dan Indonesia. Perundingan Roem Royen pun berujung dengan dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda yang menyelesaikan permasalahan antara Indonesia dan Belanda. |
4. | Konferensi Meja Bundar | Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan sebuah pertemuan dan perjanjian yang dilaksanakan antara pihak Indonesia dan Belanda. KMB diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949 di Den Haag, Belanda. Tujuan Konferensi Meja Bundar ini adalah untuk mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda dengan jalan diplomasi.
Sebelum konferensi ini, sudah berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia, yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948) dan Perjanjian Roem-Royen (1949). Salah satu hasil dan isi Konferensi Meja Bundar adalah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia. A. Latar Belakang Konferensi Meja Bundar Hal yang melatarbelakangi terjadinya KMB adalah kegagalan Belanda untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan karena adanya kecaman dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk melakukan penyelsaian secara diplomasi. Sebelumnya telah terjadi beberapa perundingan antara pihak Belanda dan Indonesia lewat perjanjian Linggarjati dan perjanjian Renville. Pada 28 Januari 1949, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan resolusi yang mengecam serangan militer Belanda terhadap tentara Indonesia. Dewan Keamanan PBB juga menyerukan diadakannya perundingan untuk menemukan penyelesaian damai antara dua pihak. Usai dilaksanakannya perjanjian Roem Royen pada tanggal 6 Juli, rencananya akan diadakan lagi konferensi yang akan diikuti oleh para tokoh yang masih diasingkan di Bangka. Sebelumnya diadakan terlebih dahulu Konferensi Inter-Indonesia di Yogyakarta antara tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949. Konferensi Inter-Indonesia dihadiri semua otoritas bagian dari Republik Indonesia Serikat yang akan dibentuk. Para partisipan setuju mengenai prinsip dan kerangka dasar untuk konstitusinya. Pada tanggal 11 Agustus 1949, dibentuk perwakilan Republik Indonesia untuk menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. B. Waktu dan Tempat Konferensi Meja Bundar Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di kota Den Haag, Belanda. Waktu pelaksanaannya diadakan mulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949. C. Tujuan Konferensi Meja Bundar Ada beberapa tujuan diadakannya Konferensi Meja Bundar ini antara lain adalah :
D. Tokoh Konferensi Meja Bundar Ada tiga pihak yang terlibat dalam konferensi Meja Bundar, yakni pihak Indonesia, pihak Belanda yang diwakili BFO dan pihak UNCI (United Nations Comissioner for Indonesia) selaku penengah. a. Pihak Indonesia Pihak Indonesia diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta dan terdiri dari 12 delegasi secara keseluruhan.
b. Pihak Belanda Dalam KMB, pihak Belanda diwakili oleh BFO (Bijeenkomst voor Federaal Overleg) yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di kepulauan Indonesia. Perwakilan BFO ini dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak. Perwakilan Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen dan UNCI diwakili Chritchley. c. Pihak UNCI Pihak UNCI atau United Nations Comissioner for Indonesia bertindak sebagai penengah jalannya konferensi antara Indonesia dan Belanda. Pembentukan UNCI dilakukan sebagai penengah dan mediator perdamaian perselisihan Indonesia dan Belanda. E. Hasil dan Isi Konferensi Meja Bundar Ada beberapa poin kesepakatan Konferensi Meja Bundar. Berikut merupakan isi dan hasil Konferensi Meja Bundar selengkapnya.
F. Dampak Konferensi Meja Bundar Pengesahan dan penandatanganan isi Konferensi Meja Bundar dilakukan pada tanggal 29 Oktober 1949. Hasil KMB ini kemudian disampaikan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya KNIP melakukan sidang pada tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil dari KMB. Pada akhirnya KNIP menyetujui hasil KMB. Pada 15 Desember 1949, Soekarno sebagai calon tunggal terpilih sebagai presiden Republik Indonesia Serikat. Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16 negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda. Kabinet RIS terbentuk di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta yang menjadi Perdana Menteri. Penyerahan kedaulatan Belanda terhadap Indonesia akhirnya disahkan pada tanggal 27 Desember 1949. Dalam upacara penyerahan kedaulatan pihak Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees dan Menteri Seberang Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Di waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tertinggi Mahkota AH. J. Lovink menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka Indonesia berubah bentuk negaranya berubah menjadi negara serikat yakni Republik Indonesia Serikat (RIS). Penyerahan kedaulatan menandai pengakuan Belanda atas berdirinya Republik Indonesia Serikat dan wilayahnya mencakup semua bekas wilayah jajahan Hindia-Belanda secara formal kecuali wilayah Irian Barat. Irian barat diserahkan oleh Belanda setahun kemudian. |
Sekian Kunci Jawaban Dari Saya Tentang “Soal dan Kunci Jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018 Cermati Kembali Uraian Mengenai Upaya Diplomasi yang Dilakukan untuk Mempertahankan Kemerdekaan Halaman 229 Bab 4 (Indonesia dari Masa Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi)”, Dan Terima Kasih Sudah Berkunjung Blog Yang Sederhana. Semoga Kunci Jawaban Ini Bisa Membantu Kalian Yang Belum Menjawab Soal dan Kunci Jawaban Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 9 Kurikulum 2013 Revisi 2018 Cermati Kembali Uraian Mengenai Upaya Diplomasi yang Dilakukan untuk Mempertahankan Kemerdekaan Halaman 229 Bab 4 (Indonesia dari Masa Kemerdekaan Hingga Masa Reformasi). Jika ada Kelebihan pada artikel ini semoga bermanfaat bagi kalian semua dan jika ada kekurangan maupun Salah mohon dimaafkan sebesar-besarnya. Jika Ada Pertanyaan Dan Ada Saran Untuk kelebihan dan kekurangan Selain Ini Bisa Komen Di Kolom Komentar.
Kata Kunci:
- https://laguasyik com/cermati-kembali-uraian-mengenai-upaya-diplomasi-yang-dilakukan-untuk-mempertahankan-kemerdekaan/